Olahraga telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya
hidup modern. Media sosial dipenuhi dengan konten workout, mulai dari HIIT,
CrossFit, hingga tren olahraga kekinian seperti Tabata atau latihan kekuatan
dengan berat badan. Tidak sedikit masyarakat terdorong untuk ikut tren demi
menjaga bentuk tubuh, kesehatan, atau sekadar mengikuti gaya hidup yang
terlihat populer di layar ponsel. Namun, di balik pesona tubuh yang fit dan
energi yang membara, ada risiko yang sering terlupakan: kesehatan jantung.
Kardiologis menekankan pentingnya memahami kondisi
jantung sebelum memulai program latihan intensitas tinggi.
 “Banyak orang
berpikir bahwa olahraga itu selalu aman, padahal tidak semua tubuh siap menghadapi
tekanan yang muncul saat latihan intens,” ungkap dokter spesialis jantung RSPAU.
Latihan yang terlalu berat pada orang dengan kondisi
jantung tertentu, terutama mereka yang memiliki hipertensi, riwayat penyakit
jantung, atau kolesterol tinggi, dapat memicu komplikasi serius, termasuk
serangan jantung mendadak.
Fenomena ini semakin nyata di kalangan generasi muda
yang sering memandang olahraga sebagai ajang kompetisi atau konten untuk media
sosial. Tantangan viral, squat challenge, atau push-up challenge tampak
menyenangkan, tetapi tubuh yang belum siap bisa mengalami overstrain. Gejala
seperti sesak napas, palpitasi, pusing, atau nyeri dada kerap diabaikan karena
dianggap normal akibat “latihan keras.” Padahal, gejala-gejala tersebut adalah
alarm dini yang seharusnya tidak diabaikan.
Pemeriksaan kesehatan sebelum memulai olahraga intensif
menjadi langkah preventif yang vital. Pemeriksaan sederhana seperti EKG, tes
tekanan darah, atau konsultasi dengan dokter spesialis jantung dapat memberi
gambaran kondisi jantung secara menyeluruh. “Seseorang yang terbiasa
berolahraga ringan belum tentu aman langsung mengikuti tren olahraga ekstrem.
Penilaian medis penting agar program latihan bisa disesuaikan dengan kemampuan
jantung,” jelas dokter tersebut. Dengan cara ini, olahraga tidak hanya menjadi
aktivitas fisik, tetapi juga investasi jangka panjang bagi kesehatan.
 pemeriksaan
jantung, pemahaman tentang intensitas latihan dan teknik yang benar juga
krusial. Tidak sedikit korban cedera akibat salah teknik atau beban latihan
yang berlebihan. Ahli fisioterapi RSPAU mengingatkan pentingnya pemanasan,
pendinginan, serta penggunaan alat yang sesuai. Latihan tanpa persiapan yang
tepat meningkatkan risiko cedera sendi, otot, dan tentu saja jantung. Jangan
tergiur tren tanpa memahami kemampuan tubuh sendiri.
Selain risiko fisik, tekanan mental untuk mengikuti tren
workout juga kerap muncul. Media sosial sering menampilkan tubuh ideal sebagai
standar, yang membuat banyak orang memaksakan diri melebihi batas aman.
Akibatnya, olahraga yang seharusnya menyehatkan malah menjadi sumber stres dan
risiko kesehatan. Mengatur ekspektasi diri dan memahami batas kemampuan tubuh
menjadi bagian dari pola hidup sehat yang seimbang antara fisik dan mental.
Para ahli menyarankan pendekatan bertahap. Memulai dari
olahraga ringan atau menengah, kemudian meningkat secara bertahap sesuai
kondisi jantung dan tubuh, jauh lebih aman dibandingkan langsung terjun ke tren
olahraga ekstrem. Kombinasi latihan kardio, kekuatan, dan fleksibilitas yang disesuaikan
dengan kemampuan tubuh, ditambah pola makan sehat dan tidur cukup, akan
memberikan manfaat maksimal bagi kesehatan jantung tanpa harus menimbulkan
risiko yang tidak perlu.
Di era tren workout yang serba cepat, kesadaran diri
menjadi kunci utama. Jangan sekadar mengikuti apa yang populer, tetapi pahami
kondisi tubuh, terutama jantung, sebagai pusat energi yang menjaga kehidupan.
Pemeriksaan rutin, konsultasi dengan profesional medis, dan pendekatan latihan
bertahap akan membuat olahraga bukan hanya tren sesaat, tetapi bagian dari gaya
hidup sehat yang berkelanjutan. Ingat, jantung yang sehat adalah fondasi dari
tubuh yang bugar, sehingga setiap langkah latihan harus dimulai dari pemahaman
dan kesadaran akan kondisi jantung sendiri. Humas RSPAU
 
 
                            
 
                                     
                                     
                                     
                                    
Komentar